Subscribe:

Subscribe now!

Get our latest posts in your email for free.

Jumat, 22 Juni 2012

FILE ARSIP SKRIPSI : DOWNLOAD SKRIPSI ESP SYARIAH GRATIS | CONTOH KUMPULAN SKRIPSI LENGKAP SEMUA JURUSAN


DI BAWAH INI ADALAH BAB I DARI CONTOH KUMPULAN SKRIPSI LENGKAP ESP SYARIAH, UNTUK MENDAPATKAN JUDUL, TESIS, PROPOSAL, TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI ESP SYARIAH LAINNYA BISA ANDA LIHAT DISINI 




BAB I

PENDAHULUAN


1.1        LATAR BELAKANG

Berdirinya IDB (Islamic Development Bank) pada sidang menteri keuangan di Jeddah tahun 1975, menjadi titik awal gagasan pendirian bank-bank syariah di berbagai negara. Pada akhir periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki (Antonio, 2001:21).
Pada tahun 1985, sistem perbankan syariah dalam lingkup internasional mampu memobilisasi dana sebesar US $ 5 milyar yang sampai tahun 1999 telah meningkat menjadi US $ 80 milyar. Beberapa institusi keuangan konvensional, seperti Citibank, JP morgan, Deutsche Bank, ABN Amro dan American Express telah mengenalkan produk tanpa bunga kepada konsumennya. Demikian pula perusahaan-perusahaan multinasional seperti General Motors, IBM, dan Daewoo Corporation yang telah memulai menggunakan jasa keuangan tanpa bunga ini (Haron dan Ahmad, 2000 :1)
Berkembangnya bank syariah di kancah internasional, memberi pengaruh bagi pengembangan bank syariah di Indonesia. Mengingat Indonesia berpenduduk 88 persen muslim (Sensus Penduduk, 2000), maka pantaslah bila awal pendiriannya kental dengan peluang captive market yang dimiliki Indonesia.
Awal tahun 1980-an, diskusi mengenai ekonomi Islam mulai dilakukan. Bahkan uji coba dalam relatif terbatas telah dilakukan. Diantaranya adalah BaitutTamwil Salman Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Prakarsa lebih khusus bagi pendirian bank Islam baru dimulai tahun 1990. MUNAS IV MUI ( Majelis Ulama Indonesia ) pada agustus 1990 membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia (Antonio, 2001: 24).
1 Mei 1992 berdirilah bank syariah pertama di Indonesia; Bank Muamalat Indonesia, dengan total komitmen modal disetor Rp 106.126.382.000,- Namun, perangkat hukum operasinya dalam UU No.7 tahun 1992  belum memuat sistem syariah yang memadai. Baru di era reformasi, UU No.10 tahun 1998 memuat secara rinci landasan operasi bank syariah dan memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio, 2001: 25).
Pengesahan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 membuka peluang yang kian luas bagi pengembangan bank syariah. Bukan hanya menyebut bank syariah dan bank konvensional secara berdampingan, tapi undang-undang ini juga memuat prinsip produk perbankan syariah seperti murabahah[1], salam[2], istisna[3], mudharabah[4], musyarakah[5] dan ijarah[6]. Undang-undang ini memberikan efek perlakuan yang sama diantara bank syariah dan konvensional, padahal saat itu baru ada satu bank syariah dan sekitar 70 BPR syariah[7].  
Perkembangan syariah dapat dilihat dari jaringan kantor perbankan syariah, yang di tahun 1998 baru ada satu bank umum dengan 10 kantor cabang; 1 kantor cabang pembantu; serta 19 kantor kas, menjadi 2 bank umum syariah dengan 123 kantor; 7 unit usaha syariah pada bank umum konvensional yang tersebar dengan 39 kantor; serta 85 BPRS. Diakhir tahun 2003 jumlah bank syariah telah genap sepuluh buah. Apabila dilakukan pembedaan dengan menggunakan konsep full Islamic banking dan konsep Dual Banking System,  hingga tahun 2000 terdapat dua bank dengan konsep full islamic Banking (Bank Muamalat dan bank Syariah Mandiri) dan dua bank konvensional yang membuka branch syariah (Bank IFI dan BNI Syariah). Sepanjang tahun 2001 – 2003 terdapat enam bank konvensional lainnya yang membuka branch syariah.(lihat tabel 1.1)













Tabel 1.1
Jumlah Kantor Bank Syariah
2001 – Desember 2003

Kelompok Bank
2001
2002
2003
KP/ UUS
KC
KCP
KK
KP/UUS
KC
KCP
KK
KP/ UUS
KC
KCP
KK
Bank Umum Syariah
Islamic Commercial Banks :
1.     Bank Muamalat Indonesia
2.     Bank Syariah Mandiri

2
1
1

36
13
23

5
5
0

43
37
6

2
1
1

43
13
30

11
7
4

59
46
13

2
1
1

74
33
41

20
8
12

113
80
33
Unit Usaha Syariah
Islamic Banking Unit:
1.     Bank IFI
2.     Bank Negara indonesia
3.     Bank Jabar
4.     Bank Rakyat Indonesia
5.     Bank Danamon
6.     Bank Bukopin
7.     Bank Intl Indonesia
8.     HSBC

3
1
1
1
-
-
-
-
-

12
1
10
1
-
-
-
-
-

0
0
0
0
-
-
-
-
-

0
0
0
0
-
-
-
-
-

6
1
1
1
1
1
1
1
-

25
1
12
3
2
5
2
-
-

0
0
0
0
0
0
0
-
-

0
0
0
0
0
0
0
-
-

8
1
1
1
1
1
1
1
1

42
1
12
4
11
10
2
2
0

6
0
5
0
0
0
0
0
1

0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Islamic Rural Banks
81
0


83
0
0
0
84
0
0
0
TOTAL
86
48
5
43
91
68
11
59
94
116
26
113
             Sumber : Statistik Perbankan Syariah Desember 2003, Bank Indonesia
             Ket :

             KP             = Kantor Pusat
             UUS           = Unit Usaha Syariah
             KC             = Kantor Cabang
             KCP           = Kantor Cabang Pembantu
             KK            = Kantor Kas


Selain itu perkembangan bank syariah terlihat dari jumlah dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga yang dikumpulkan bank syariah meningkat tajam dari Rp. 463,45 miliar di tahun 1997 menjadi Rp. 4,33 triliun pada oktober 2003. Pembiayaan yang disalurkan bank syariah juga mengalami peningkatan dari Rp. 490,20  miliar  di tahun 1997 menjadi Rp 4,68 triliun pada oktober 2003. Sejalan dengan itu, profit yang dikumpulkan meningkat dari Rp. 25,14 miliar di tahun 2000 menjadi Rp 88,935 triliun pada November 2003. Akhir desember 2002 total aset perbankan syariah berjumlah 4.045.235 juta, meningkat sebesar 48,789% dibandingkan posisi Desember 2001. Namun, ditinjau dari perbankan nasional, peran perbankan syariah amatlah kecil dibandingkan Bank konvensional. Total aset perbankan syariah hingga maret 2003 hanya menyumbangkan  0,42 % dari total aset perbankan nasional. Lebih lengkap disajikan dalam tabel 1.2 dan 1.3
            Tabel 1.2
Pangsa Perbankan Syariah terhadap Total Bank
Maret 2003

Perbankan Syariah
Total Bank
Nominal
% terhadap
perbankan nasional
Total Aset
4.63
0.42 %
1100
Dana Pihak ketiga
3.32
0.40 %
833.4
Kredit
3.66
0.87 %
420.52
LDR/FDR*)
110.22

NPL
3.96

    *) FDR               = Financing extended/Deposit Fund
        LDR                = Credit extended/Deposit Fund
    Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia,Maret 2003

Tabel 1.3
Komposisi Dana Pihak Ketiga (Deposit Fund) Perbankan Syariah
(juta rupiah)


1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003*)
Giro Wadiah
78.122
68.008
86.703
219.413
299.982
358.964
548.350
Tabungan Mudharabah
98.671
102.836
175.250
336.051
590.872
815.308
10252.202
Deposito Mudharabah
286.664
221.075
324.614
483.539
915.512
1.743.454
2.534.426
Total
463.457
221.075
324.614
483.539
915.512
1.743.454
4.334.978
Pertumbuhan (%)

- 15.43
49.67
77.13
73.86
61.52
48.57
*) sampai Agustus 2003
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia

Grafik 1.1



Pertumbuhan Dana Pihak ketiga Perbankan Syariah
Sumber : Tabel 1.3

Dalam upaya pengembangan sistem perbankan syariah yang sehat dan mampu menjawab tantangan masa mendatang, Bank Indonesia menyusun “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” ( Biro Perbankan Syariah BI, 2002). Sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011 tersebut memuat :
-          Terpenuhi prinsip syariah dalam operasional ;
-          Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah;
-          Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien, serta
-          Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan masyarakat luas.
Dalam upaya mewujudkan sasaran tersebut, Bank Indonesia mencanangkan langkah-langkah strategis yang pelaksanaanya dibagi dalam empat focus area, yakni : mendorong kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah secara konsisten, menyempurnakan regulasi dan sistem pengawasan yang sesuai dengan karakteristik perbankan syariah, mendukung terciptanya efisiensi operasional dan daya saing bank syariah, serta meningkatkan kestabilan sistem, peran, dan kemanfaatan perbankan syariah bagi perekonomian secara umum.
Seperti dalam perbankan konvensional, perbankan syariah juga bergantung pada depositor yang menyimpan uangnya di bank. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah, tingkat bagi hasil menjadi salah satu  insentif depositor untuk menyimpan uangnya di bank syariah. Bahkan, penelitian Erol dan El-Bdour (1989) di Sudan dan Turki membuktikan bahwa agama bukanlah alasan utama depositor menyimpan uangnya di bank syariah. Penelitian Haron et.al.(1994); dan Gerrad dan Cunningham(1997), membuktikan bahwa alasan agama dan profit menjadi pertimbangan utama penabung bank syariah di Malaysia dan Singapura.
Di Indonesia ,penelitian Potensi dan Preferensi Perilaku Masyarakat di Pulau Jawa terhadap Bank Syariah dilakukan oleh Bank Indonesia (2000) bekerja sama dengan beberapa universitas negeri[8]. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa dari 4.025 responden[9], 94 persen berpandangan bahwa sistem bagi hasil adalah sistem yang dinilai universal dan dapat diterima, serta menguntungkan.
 Dari penjelasan diatas, menjadi penting kini untuk mengetahui faktor-faktor apa yang memotivasi depositor untuk menyimpan dananya di bank syariah, dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah di Indonesia khususnya simpanan mudharabah.
Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut, penulis mencoba menganalisis berbagai variabel yang menentukan besarnya simpanan tabungan dan deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia, untuk itu penulis mengambil judul :
“ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIMPANAN MUDHARABAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 1993.I – 2003.IV MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOINTEGRASI DAN ERROR CORRECTION MECHANISM (ECM) 

1.2        IDENTIFIKASI MASALAH
            Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan yang ada sebagai berikut :
1.      Apa saja variabel – variabel yang mempengaruhi besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang?
2.      Dari sekian banyaknya variabel yang menentukan besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah, variabel apa saja yang secara signifikan menentukan besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang?
3.      Apakah motif dan kecenderungan utama masyarakat menyalurkan dana pihak ketiganya (dalam bentuk mudharabah) ke perbankan syariah ?




1.3               TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1     TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Memperoleh model regresi yang dapat menjelaskan apa saja variabel yang mempengaruhi besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang.
2.      Mengetahui variabel apa saja yang secara signifikan menentukan besarnya simpanan mudharabah perbankan syariah di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang.
3.      Mengetahui motif dan kecenderungan utama masyarakat menyalurkan dana pihak ketiganya (dalam bentuk mudharabah) ke perbankan syariah

1.3.2     MANFAAT PENELITIAN
1.      Bagi praktisi, khususnya dari pihak perbankan syariah , hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan dalam mengevaluasi dan menentukan kebijakan perbankan yang harus dikembangkan guna meningkatkan partisipasi muslim dalam menyimpan dananya di perbankan syariah, khususnya penghimpunan simpanan mudharabah.
2.      Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi untuk penelitian sejenisnya, pemasyarakatan ilmu ekonomi syariah dan memacu motivasi untuk melakukan penelitian sejenis.


1.4        KERANGKA PEMIKIRAN

1.4.1     Teori Tingkat Bunga
1.4.1.1   Teori Klasik tentang Tingkat Bunga: Loanable Funds
Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan (Nopirin, 1992:70-72). Sedangkan bunga adalah”harga” dari (penggunaan) loanable funds, atau bisa diartikan sebagai dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau dana investasi, karena menurut teori klasik bunga adalah”harga” yang terjadi di pasar investasi.
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga(tingkat bunga kredit), maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakinkecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut sebagai ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
Secara grafik, keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut:

Grafik 1.3

Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi
Text Box: TabunganText Box: i
Text Box: i1
Text Box: Investasi 1Text Box: i0

Text Box: 0Text Box: Investasi 0
Text Box: Penawaran dana / Loanable FundsText Box: S1Text Box: S0
                            Sumber : Nopirin (1992:71)

1.4.1.2    Teori Keynes tentang Tingkat Bunga : Liquidity Preference
Keynes dalam teori menyebutkan bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini, ada tiga motif mengapa seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi (Budiono, 1982: 82). Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan uang yang diberi istilah liquidity preference, artinya permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa umumnya orang menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi tiga motif tersebut.
Teori Keynes Menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Dalam hal ini, permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi.

1.4.1.3    Sintesis Klasik dan Keynesian : Analisis IS – LM
Seorang ekonom kenamaan Inggris, Sir John Hicks, menekankan bahwa tingkat suku bunga bisa dikatakan benar-benar merupakan tingkat bunga keseimbangan bagi suatu perekonomian, apabila tingkat bunga tersebut memenuhi keseimbangan di pasar dana investasi (loanable funds) dan sekaligus keseimbangan di pasar uang. Alat analisis yang digunakan oleh John Hicks adalah kurva IS-LM.
Kurva IS menyatakan bahwa tabungan tidak hanya ditentukan oleh tingkat bunga, namun juga oleh tingkat pendapatan (Marginal propensity to save), yaitu tabungan akan naik apabila pendapatan nasional naik. Sebaliknya, pendapatan (Y) akan naik bila investasi (I) akan naik apabila tingkat suku bunga(i) turun. Dari hubungan semua variabel tersebut dapat diturunkan kurva IS yang menunjukkan tingkat bunga keseimbangan di pasar dana investasi (loanable funds) pada setiap tingkat pendapatan (Y). Sedangkan kurva LM menunjukkan tingkat bunga keseimbangan yang terjadi di pasar uang (sebagai aktiva) pada setiap tingkat pendapatan nasional(Y) (Yuniawan,1998). Berikut ini penjelasan gambarnya dalam grafik 1.4 :











Grafik 1.4

Text Box: Tingkat Bunga ( r)  Hubungan Tingkat Bunga dan Pendapatan Nasional
Text Box: LM

Text Box: r e
Text Box: IS

Text Box: YeText Box: 0Text Box: Y

            Jadi tingkat bunga keseimbangan yang sesungguhnya, menurut sintesis Hicks adalah tingkat bunga yang merupakan tingkat bunga keseimbangan di pasar investasi dan sekaligus merupakan keseimbangan di pasar uang.

1.4.2         Teori Permintaan Uang dalam Islam (Karim,2002:150-157)
Dalam Islam, hanya dikenal dua motif permintaan akan uang, yaitu motif transaksi dan motif berja-jaga. Karena Islam melarang tindakan spekulasi, instrumen moneter tidak menggunakan variabel yang mengarah kepada motif spekulasi. Penggunaan instrumen pengganti suku bunga dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang penting dan mendesak serta mendorong investasi yang produktif dan efisien.

1.4.2.1  Permintaan Uang Mazhab Iqtishaduna
            Permintaan akan uang ditujukan hanya untuk memenuhi dua tujuan pokok, yaitu untuk transaksi atau berjaga-jaga. Secara matematis, formula permintaan akan uang dituliskan sebagai berikut :

Md = Md trans + Md prec

Permintaan akan uang untuk transaksi merupakan fungsi tingkat pendapatan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan, permintaan akan uang untuk memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga meningkat.
Fungsi permintaan akan uang untuk motif berjaga-jaga (meliputi juga permintaan akan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai. Apabila harga bayar tangguh meningkat, permintaan akan uang riil berkurang karena orang lebih senang memegang barang yang pada waktu mendatang harganya meningkat. Pada masa Rasulullah, permintaan akan uang dilandasi hanya oleh dua motif, yaitu untuk transaksi dan berjaga-jaga.

Md = Md tr + Mdpr ;  apabila Md tr  turun maka Mdpr  naik

Meningkatnya permintaan akan uang untuk transaksi meningkatkan velositas (peredaran) uang V naik yang selanjutnya mengakibatkan meningkatnya harga bayar  tangguh Pt/Po.
            Setiap fungsi permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dapat dituliskan sebagai berikut :
Md trans = f (Y)
Md prec = f (Y, Pt/Po )
Dalam formula permintaan uang dibawah terlihat bahwa variabel bebas pendapatan (Y) mempunyai koefisien yang positif dan harga bayar tangguh mempunyai koefisien negatif.
Text Box: +      -
Md = f (Y , Pt/Po)

1.4.2.2  Mazhab Mainstream
Seperti mazhab pertama, mazhab ini berpendapat permintaan akan uang dalam Islam hanya dikenal untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga. Perbedaannya terletak  pada perilaku permintaan akan uang untuk berjaga-jaga dan variabel yang mempengaruhi.
Landasan filosofis teori dasar permintaan akan uang adalah arahan islam agar sumber-sumber daya dimanfaatkan maksimum dan efisien. Dalam hal ini, hoarding money atau penimbunan kekayaan merupakan kejahatan penggunaan uang.
Strategi utama mazhab mainstream adalah  pengenaan pajak terhadap aset produktif yang menganggur (dues of iddle cash) dengan tujuan mengalokasikan sumber dana pada kegiatan usaha produktif.
Kebijakan ini berdampak pada pola permintaan akan uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi tinggi pajak  yang dikenakan terhadap aset produktif yang dianggurkan, permintaan terhadap aset ini akan berkurang. Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai berikut. Ahmad yang memiliki kekayaan berupa tanah yang hanya dianggurkan tidak mendapatkan nilai tambah dari kekayaannya. Agar tanah tersebut memiliki nilai tambah, Ahmad harus mengelola tanah itu secara produktif. Instrumen yang digunakan adalah pajak terhadap tanah yang dianggurkan tersebut.Artinya, Ahmad akan terkena resiko pembebanan pajak apabila tanah miliknya tetap dianggurkan.
Secara matematis, permintaan akan uang untuk mazhab kedua ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Md = Md tr + Mdpr
Md trans = f (Y)
Md prec  = f (Y, μ )
Tingkat dues of iddle fund diwakili oleh nilai μ. Semakin tinggi nilai μ, semakin kecil permintaan uang untuk berjaga-jaga karena biaya resiko untuk membayar pajak terhadap uang tersebut menjadi naik. Secara ilmiah, dalam kondisi seperti ini orang akan berusaha memperkecil jumlah pajak terhadap pemerintah dengan mengurangi kekayaan yang menganggur. Sebaliknya, apabila nilai relatif rendah, tindakan memegang atau menyimpan uang tunai relatif tidak beresiko. Tinggi rendahnya tingkat resiko menyimpan uang tunai (Ω) dipengaruhi oleh besarnya dues of iddle fund (μ ) dikurangi resiko investasi (ψ).
Ω = μ – ψ

1.4.2.3  Mazhab Alternatif
Permintaan akan uang dalam mazhab ini erat kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam islam. Secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:
“ keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi volume transaksi yanga da dalam sektor riil.” Teori ini kemudian menjembatani pertumbuhan uang di sektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.
Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah uang tidak dapat didasarkan semata-mata pada perubahan waktu, melainkan melalui pemanfaatan uang tersebut secara ekonomis. Artinya, nilai uang tidak harus selalu bertambah seiring dengan pertambahan waktu, tetapi pertambahan nilai itu bergantung pada usaha yang dilakukan. Secara makro ekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah representasi perubahan dan pertambahan di sektor riil. Konsep ini menjadikan landasan sistem moneter Islam selalu berpijak pada sektor mikroekonomi.
Menurut M.A. Choudhury (1997:41-185) permintaan akan uang adalah representasi keseluruhan kebutuhan transaksi dalam sektor riil. Semakin tinggi kapasitas dan volume sektor riil, semakin meningkat permintaan akan uang. Variabel yang mempengaruhi permintaan akan uang adalah variabel sosio-ekonomi (X), Kebijakan pemerintah dalam regulasi ekonomi (Y) dan informasi objektif masyarakat akan kondisi riil perekonomian. Tidak seperti teori exogeneous. Uang dalam literatur konvensional, mahzab alternatif berpendapat, permintaan akan uang dan penawaran akan uang dipengaruhi oleh besarnya pembagian keuntungan (profit sharing) atau tingkat keuntungan yang diharapkan (expexted rate of profit). Tinggi rendahnya expected rate of profit merupakan representasi prospek pertumbuhan aktual ekonomi.
Expected rate of profit merupakan harapan perolehan keuntungan dari investasi uang disektor rill. Jika investasi meningkat permintaan uang tunai menurun. Apabila expected rate of profit meningkat, penawaran investasi juga akan meningkat artinya, peningkatan expected rate of profit akan meyakinkan orang bahwa pemegangan uang secara berlebih akan menghilangkan kesempatan mendapatkan keuntungan bisnis.
Secara matematis M.A Choudhury memformulasikan permintaan uang sebagai berikut :

Permintaan akan uang sebagai manifestasi aktual kapasistas transaksi sektor riil adalah penjumlahan total permintaan akan uang oleh individu atau lembaga keuangan. Y adalah pendapatan riil, p adalah tingkat harga-harga atau inflasi, rb menunjukkan profit sharing antara sohibul maal dan mudharib dalam bank (b ) atau lembaga keuangan (b). S adalah total pengeluaran nasional, R = reserve requirement yang dikeluarkan bank sentral kepada bank-bank umum.
Dari formula diatas terlihat bagaimana hubungan antara variabel-variabel yang ada terhadap permintaan uang atau terhadap penawaran uang. Variabel bebas y, pendapatan riil yang dimiliki oleh seorang individu akan berhubungan secara positif dengan banyaknya permintaan uang. Sedangkan variabel independen p adalah harga-harga. Inflasi memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan banyaknya permintaan akan uang. Jika harga barang secara umum/tingkat inflasi semakin tinggi, orang cenderung memilih menyimpan uang dalam bentuk barang, artinya permintaan akan uang menurun sedangkan permintaan akan barang meningkat. S, sebagai variabel pengeluaran nasional, berhubungan secara positif dengan permintaan akan uang sedangkan X, dan Y masing-masing adalah variabel untuk sosio-ekonomi dan kebijakan pemerintah θ.  Sebagai induced-knowledge adalah pengetahuan masyarakat akan kondisi objektif tiap-tiap variabel.
Kualitas pengetahuan ini juga akan berpengaruh terhadap besaran permintaan uang yang diinginkan oleh seorang pelaku ekonomi.

1.5             METODE PENELITIAN

1.5.1     Metodologi Penelitian
Analisis dilakukan pada fungsi matematis antara variabel-variabel yang diduga mempengaruhi besarnya simpanan mudharabah menggunakan model kointegrasi dan model dinamis Error Correction Mechanism (ECM)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah bulanan  Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Special Report Indocommercial dari PT.Capricorn Indonesia Consult Inc., Paper: Mutasowifin (2003), serta hasil penelitian yang sudah ada yang berhubungan, untuk kemudian diolah dengan program E-views 3.0 dan Microsoft Excel 2000.

1.5.2         Deskripsi Variabel
1.5.2.1    Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment ). Secara teknis pengertian mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi (bagi hasil) sesuai kesepakatan dalam kontrak. Aplikasi dalam perbankan syariah diterapkan pada  time deposit (tabungan berjangka) dan saving deposit (tabungan). Mudharabah adalah elemen Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Dana Pihak Ketiga yang tercatat secara aggregat dalam Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia ini terdiri atas giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah. Dalam penelitian ini penulis mengambil tabungan mudharabah dan deposito mudharabah sebagai variabel dependen.

1.5.2.2   Variabel Independen
1.      Tingkat Bagi Hasil
Merupakan tingkat bagi hasil perbankan syariah dalam transaksi mudharabah. Tidak seperti tingkat suku bunga dalam perbankan konvensional yang lebih ditentukan oleh naik turunnya tingkat suku bunga SBI dan kondisi pasar, bagi hasil dipengaruhi oleh profit yang diperoleh oleh peminjam dana mereka.
Data bagi hasil sebelum tahun 2000 hanya berasal dari satu bank syariah yaitu Bank Muamalat yang diolah dari laporan keuangan tahunan.  Data setelah tahun 2000 menggunakan proxy tingkat imbalan deposito investasi mudharabah dalam tabel tingkat indikasi imbalan sertifikat IMA (Investasi Mudharabah Antarbank) yang dilaporkan dalam Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia[10].
2.      Tingkat Suku Bunga Konvensional
Data tingkat bunga konvensional yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) tiga bulan dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia.
3.      Pendapatan Nasional
Data pendapatan nasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gross Domestic Product (GDP) triwulanan pada harga berlaku. Data diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia.
4.      Jumlah Kantor Cabang dan Kantor cabang pembantu Bank syariah
Variabel kantor cabang dan kantor cabang pembantu ini diduga berpengaruh kepada akses penyimpan dana untuk menyimpan dananya di perbankan syariah. Berdasarkan penelitian Bank Indonesia (2000) diketahui bahwa kemudahan dan kedekatan lokasi kantor bank syariah dengan pusat kegiatan masyarakat menentukan akses masyarakat terhadap bank syariah.
Data jumlah kantor cabang dan kantor cabang pembantu diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia

1.5.2.3   Metode Interpolasi
Untuk data yang tidak dapat diperoleh secara langsung dalam bentuk kuartalan, maka dilakukan interpolasi data, seperti model interpolasi linear yang dikembangkan oleh Insukindro (1993:142) :
Yt1 = ¼ {Yt – 4,5/12 (Yt-Yt-1)}                                              .….……………(1.1)
Yt2 = ¼ {Yt – 1,5/12 (Yt-Yt-1)}                                  …..…………….(1.2)
Yt3 = ¼ {Yt + 1,5/12 (Yt-Yt-1)}                                 ……..…...……..(1.3)
Yt4 = ¼ {Yt + 4,5/12 (Yt-Yt-1)}                                 ………..…...…..(1.4)
Dimana Ytn = data kuartal ke n dari tahun t, Yt  adalah data tahun t.
Dalam penerapan metode interpolasi perlu diperhatikan bahwa metode ini hanya cocok diterapkan pada data yang bersifat aliran (flow) dan tidak pada data yang bersifat kumulatif (stock)[11].
1.5.3         Model Ekonometrika
1.5.3.1  Model Dasar
Proses pengolahan data dilakukan dengan metode ekonometrik sehingga diketahui hubungan masing-masing variabel. Untuk analisis data, digunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan model matematik dan model ekonometrik. Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model kointegrasi dan model dinamis Error Correction Mechanism (ECM).
            Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model yang digunakan oleh Sudi Haron & Norafifah Ahmad (2000) dalam penelitiannya mengenai pengaruh suku bunga konvensional dan tingkat bagi hasil bank syariah di sistem perbankan Malaysia, yaitu:
Text Box: (+)           ( - )
            IsSD = f ( IsSDp, SDr )
Dimana :
IsSD = Total simpanan mudharabah di bank Islam
IsSDp = Tingkat Bagi hasil simpanan mudharabah di bank Islam
SDr = Tingkat suku bunga bank konvensional
Selain model diatas, penulis juga mengacu model yang digunakan Muhammad Ghafur (2003)[12] dalam penelitiannya mengenai pengaruh tingkat bagi hasil, suku bunga konvensional dan pendapatan terhadap simpanan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia (BMI).yaitu:
SM = f (TBH, TSB, GDP)
Dimana :
SM = Total simpanan mudharabah di BMI
            TBH = Tingkat bagi hasil tabungan mudharabah di BMI
            TSB = Tingkat suku bunga bank konvensional
            GDP = Pendapatan Nasional (GDP)
            Dari kedua model diatas, penulis memodifikasinya dengan menambah variabel jumlah kantor :
SM = f (TBH, TSB, GDP, JK)
Dimana :
SM = Total simpanan mudharabah perbankan syariah
            TBH = Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah perbankan syariah
            TSB = Tingkat suku bunga Bank konvensional
            GDP = Pendapatan Nasional (GDP)
JK = Jumlah Kantor Cabang (KC) dan Kantor Cabang Pembantu (KCP)
Persamaan diatas kemudian diolah dengan Model kointegrasi dan model ECM (Error Correction Mechanism).

1.5.3.2   Model Dinamis ECM (Error Correction Mechanism)[13] (Koop,2000:161)
Apabila kita melakukan uji kointegrasi, kita perlu suatu model untuk proses penyesuaian yang dinamis terhadap variabel-variabel dalam model, yang disebut mekanisme koreksi error (Error Correction Mechanism/ ECM)[14], dapat diuraikan dalam langkah sebagai berikut :
Fungsi SM diestimasi menggunakan Ordinary Least Square menurut persamaan sebagai berikut :
Yt = α0 + α1 X3t + α2 X2t + … + αn Xnt + ut                    ………………..(1.5)
Diperoleh :
SMt = α0 + α1 GDPt + α2 JKt + α3 TBHt + α4 TSBt + ut   ………..(1.6)
Dimana :
SMt      = Total simpanan mudharabah perbankan syariah pada periode t
            TBHt   = Tingkat bagi hasil tabungan mudharabah perbankan syariah
    pada periode t
            TSBt    = Tingkat suku bunga bank konvensional pada periode t
            GDPt   = Pendapatan nasional (GDP)
JKt       = Jumlah Kantor Cabang (KC) dan Kantor Cabang Pembantu (KCP)
ut          = residual pada periode t
Kemudian dari persamaan (1.6) diperoleh nilai residual (ut ).Kemudian dihitung nilai ut-1 yang lalu digunakan sebagai explanatory variable pada persamaan ECM menurut persamaan[15] :

ΔYt = β0 + β1ΔX1 + β2ΔX2 + … + βnΔXn + EC t-1 + vI           ………….  (1.7)
Diperoleh :
ΔSMt =β0 +β1ΔGDPt +β2ΔJKt +β3ΔTBHt +β4ΔTSBt +EC t-1 + vI   ……  (1.8)
Dimana :
            ΔYt      = First difference dari variabel simpanan mudharabah pada periode t
ΔX1,2,…,n= First difference dari variabel bebas ( GDP, Jumlah Kantor,
    Tingkat Bagi Hasil, dan Tingkat Suku Bunga ) pada periode t
            EC t-1   = Koreksi kesalahan
            Vt           = residual periode t
Pengujian-pengujian statistik dilakukan untuk memperkuat hasil penelitian yaitu uji stasioneritas dengan menggunakan metode Augmented Dickey Fuller test, uji multikolinearitas dengan metode pengujian korelasi parsial antara explanatory variabel, uji autokorelasi dengan metode Durbin-Watson d Test dan Run Test, uji parsial (t-stat), uji keseluruhan (F-stat), uji koefisien determinasi; dan uji kointegrasi dengan Engle-Granger Test.

1.6             Metode Analisis
1.6.1     Pengujian Statistik
1.6.1.1   Uji Stasioneritas
Uji ini dilakukan untuk mendeteksi data apakah benar-benar bersifat stasioner, karena ternyata data tidak stasioner berarti terdapat  ketidakstabilan model time series yang memungkinkan untuk dapat menimbulkan gangguan autokorelasi pada model ekonometrik.
§  Uji Unit Root Augmented Dickey Fuller [16] (Gujarati,2003:814 - 817)
Pengujian stasioner[17] tidaknya data yang akan dianalisis, dilakukan dengan mengunakan pengujian unit root. Prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Misalnya model time series memiliki bentuk seperti :
(1)   Yt = b1 Yt-1 + e 1t   (tanpa intercept)
(2)   Yt = a2 + b1 Yt-1 + e 1t     (dengan intercept)
(3)   Yt = a3 + b1 Yt-1 + c3t + e 1t     (dengan intercept dan trend waktu)
Ho: b1= 0  (terdapat unit root, Variabel Y tidak stasioner)
H1: b1 ≠ 0 (tidak terdapat unit root, Variabel Y stasioner)
Dengan menggunakan tabel Dickey Fuller yang sesuai dengan model time series (2) , null hypothesis yang menyatakan adanya sifat stasioner dalam model (2) akan ditolak apabila nilai t-statistik yang diperoleh berkaitan dengan koefisien regresi model ini lebih kecil dari tabel dickey-fuller pada tingkat signifikansi tertentu.

1.6.1.2    Uji Kointegrasi (Gujarati,2003:822-824; Koop,2000:156)
Uji ini dikembangkan berdasarkan adanya persepsi model data yang tidak stasioner dapat terjadi kointegrasi jangka panjang antara tiap variabel yang diuji. Uji ini disebut Engle-Granger[18] Test  dengan langkah :
Langkah Pertama :
Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan menggunakan model Ordinary Least Square (OLS) dari X terhadapY dan peroleh nilai residualnya.
            Yt = α0 +  α1 Xt1 + α2 Xt2 + ut


Langkah Kedua :
Lakukan uji stasioneritas (Unit Root Test) pada residual menggunakan ADF critical value.
            Apabila hipotesis Unit Root ditolak maka disimpulkan bahwa Y dan X terkointegrasi dan apabila hipotesis unit root tidak ditolak, maka kointegrasi tidak terjadi.

1.6.1.3    Uji Koefisien Determinasi (R2) (Gujarati, 2003:81-87)
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians[19] atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukkan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 < R <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.

1.6.1.4    Uji t-statistik (Gujarati, 2003: 129-133)
Uji t- statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari variabel –variabel independen terhadap variabel dependennya. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis:
H0 : βi = 0, variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas
H1 : βi ≠ 0, variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya
Dengan menguji dua arah dalam signifikansi ½ a, dan derajat kebebasan (degree of freedom, df ) = n – k (n = jumlah observasi dan k = jumlah parameter termasuk konstanta), maka hasil pengujian akan menunjukkan :
H0 : diterima bila ½t-stat ½ < t-tabel
H1 : ditolak bila ½ t-stat½ >  t-tabel

1.6.1.5    Uji F-statistik (Gujarati, 2003:254-259)
Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebasnya.
Hipotesa yang digunakan adalah :
Ho       : β0 = β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0 , Semua variabel bebas secara
  bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.
H1       : Salah satu βn ≠ 0 ,Semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya
Dengan tingkat keyakinan = α dan df = (k-1) (N-k)
Hasil pengujian akan menunjukkan :
-          Apabila nilai F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak ; artinya setiap variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.
-          Apabila F-hitung £ F-tabel, maka Ho diterima ; artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

1.6.1.6  Pengujian Alternatif Lag[20] dengan Akaike Information Criterion (AIC) (Gujarati, 2003:537)
Dari beberapa model lag yang menjadi alternatif, harus diketahui lag mana yang memberikan hasil estimasi terbaik[21]. Dalam penelitian ini digunakan Akaike Information Criterion (AIC)[22] sebagai dasar pemilihan. Kriteria Informasi ini telah telah umum digunakan dalam data time series untuk menentukan lag yang tepat. AIC dirumuskan sebagai :

Dimana :
e          = natural logaritma ( e ~ 2,7183)
n          = Total jumlah observasi sampel
k          = jumlah variabel dalam model, termasuk intercept
    =   sample Residual Sum of Square (RSS)
Dari beberapa model alternatif lag, masing-masing dihitung nilai AIC nya. Semakin rendah angka perhitungan AIC semakin baik performance dari model tersebut.

1.6.2         Pengujian Masalah dalam Regresi Linear
1.6.2.1    Masalah Multikolinier (Gujarati,2003:341-375)
Multikolinear menunjukkan gejala adanya hubungan linear atau hubungan yang pasti diantara explanatory variabel (variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukkan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar explanatory variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel (Gujarati, 2003:354)
Karena pengukuran besarnya R2 dan jumlah t-stat signifikan bersifat relatif, maka dilakukan pengujian tambahan dengan memperhatikan korelasi parsial diantara regresor dalam bentuk matriks. Rule of Thumb dari pengukuran ini adalah semakin tingginya nilai korelasi parsial sepasang regresor, maka terdapat multikolinearitas (ibid, 355).

1.6.2.2   Masalah Autokorelasi[23] (Gujarati, 2003:441-490)
Autokorelasi adalah korelasi diantara anggota observasi. Masalah autokorelasi dalam model menunjukkan adanya hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model[24] yang terjadi karena beberapa faktor :
1.      Inersia, data observasi dipengaruhi oleh data sebelumnya. Misalnya data observasi saat terjadi kelesuan ekonomi sehingga data time series berikutnya dipengaruhi data sebelumnya walaupun perekonomian sudah membaik.
2.      Bias spesifikasi dengan mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel tidak bebasnya menurut teori ekonomi, walaupun hasil perhitungan kuantitas tidak mendukung.
3.      Bias spesifikasi berupa bentuk model yang tidak tepat
4.     Manipulasi data akibat data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang diharapkan, seperti penggunaan interpolasi, ekstrapolasi, dan transformasi data.
5.    Non stasioneritas pada data time series yang digunakan.
Gejala ini dapat terdeteksi melalui graphical method dengan mem-plot waktu dan residual. Sedangkan Uji formal yang dapat dilakukan adalah uji Durbin-Watson d Test dan Run Test[25].

Durbin Watson Test (Gujarati, 2003:467-472)
            Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu model mempunyai masalah korelasi berdasarkan pada daerah kritis di bawah ini :
Gambar 1.1
Nilai Batas Kritis DW - Stat
Text Box: Reject H0* evidence of negative autocorrelationText Box: Reject H0 evidence of positive autocorrelationText Box: No not reject H0 or H0* or bothText Box: Zone of IndecicisionText Box: Zone of Indecicision

Text Box: 0                    dL                dU                 2                  4 – dU             4 – dL               4
Sumber : Figure 12.10 ,Basic Econometrics 4th ed., Damodar Gujarati, 2003:469
Dengan hipotesa :
H0       : No positive autocorrelation
H0*     : No negative autocorrelation
Ketentuan :

0 komentar:

Posting Komentar

Informasi Penting, Harap Di Baca !!!

Sahabat mahasiswa seluruh Indonesia ...
Anda tahu, berdasarkan pengalaman saya pada waktu dulu menyusun skripsi, hal yang menyebabkan tidak kunjung selesai adalah kurangnya bahan referensi. untuk mencari referensi biasanya Anda mengunjungi perpustakaan.
Dan ini masalah terbesarnya. Di Perpustakaan Anda tidak bisa meminjam dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu lama. belum lagi Anda harus mengetik ulang. Makan waktu kan ? Karena itu, saya ingin membantu anda. Agar anda mudah menemukan Contoh skripsi yang baik, lengkap, dan terpecaya untuk menyelesaikan tugas akhir anda yang sudah di lengkapi dengan judul skripsi, proposal skripsi, metodologi penelitian, bab I sampai daftar pustaka, semua skripsi dalam format .doc sebagai contoh : Skripsi Gratis.doc.
Apa yang anda dapatkan pada paket Download Skripsi:..
UPDATE BULAN MEI 2012
  1. Anda memiliki banyak sekali pilihan Skripsi FULL CONTENT. Semua skripsi lengkap dari BAB Awal sampai BAB Akhir, Proposal, Kesimpulan, Daftar Pustaka, Lampiran, Hasil Penelitian, Toefl, Jurnal, dan File Bertype .DOC / DOCX (Microsoft Word).
  2. Paket DVD terdiri dari 2 pilihan DVD dan lebih dari 4000 skripsi.
  3. Paket 1 DVD Hanya Rp.100.000-,
  4. paket 2 DVD Hanya Rp.150.000-,
  5. Ratusan skripsi sudah dikelompokkan per Jurusan.
  6. Skripsi Jurusan Komputer dan Skripsi Teknik Informatika, di lengkapi Source Code dan Listing Program.
  7. Skripsi dapat langsung anda kembangkan atau hanya sekedar referensi.
  8. Dan tidak ketinggalan Bonus Premium, Bonus Script Bisnis, dan Tutorial Hacking dapat di download pada halaman Member.
Perhatian: Bonus dan Tutorial tidak ada pada DVD. Jadi, hanya dapat didownload pada halaman member. Dalam DVD hanya Khusus Skripsi.
Pesan Sekarang Juga ..
Dengan memesan sekarang juga, anda akan menghemat banyak uang dan waktu, mendapatkan ribuan skripsi terbaru, Tesis Gratis, dan paling lengkap di Indonesia. Anda mendapatkan Paket DVD dan dapat men-Download Langsung pada halaman download. Pesan sekarang juga..
Hanya Dengan..
Rp. 100.000,-
+ Anda Sudah Bisa Memiliki File Ribuan Skripsi +
Anda Mendapatkan Semua Skripsi Terbaru, FULL Pada Paket 1 DVD! Plus Download Bonus Premium Terlengkap Se-Indonesia!
Kata Kunci Pencarian :

Skripsi, Download Skripsi, Contoh Skripsi, Judul Skripsi, Proposal Skripsi, Tugas Akhir, Tesis Gratis, Skripsi Lengkap, Program Skripsi

Copyright : skripsidownloadgratis.blogspot.com