Subscribe:

Subscribe now!

Get our latest posts in your email for free.

Minggu, 24 Juni 2012

FILE ARSIP SKRIPSI : DOWNLOAD SKRIPSI TEKNIK PERTANIAN GRATIS | CONTOH KUMPULAN SKRIPSI LENGKAP SEMUA JURUSAN


DI BAWAH INI ADALAH BAB I DARI CONTOH KUMPULAN SKRIPSI LENGKAP TEKNIK PERTANIAN, UNTUK MENDAPATKAN JUDUL, TESIS, PROPOSAL, TUGAS AKHIR DAN SKRIPSI TEKNIK PERTANIAN LAINNYA BISA ANDA LIHAT DISINI 




I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Indonesia memiliki kawasan gambut yang sangat luas yaitu 19 juta hektar atau 10 persen luas wilayah negara. Delapan puluh sembilan persen diantaranya berupa lahan gambut yang sebagian besar terletak di Papua Barat, Sumatera, dan Kalimantan. Lahan-lahan basah tropis ini secara alami tertutup rapat oleh vegetasi hutan dan seringkali memiliki jenis kayu bernilai tinggi (Suyatno, 2004).
             Lahan gambut adalah salah satu sumberdaya alam yang tersebar di Sumatera Selatan. Penggunaan lahan gambut untuk sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Guna menjaga keberadaan dan kelestarian lahan gambut sangat diperlukan pengetahuan karateristik, potensi dan peranan lahan gambut baik untuk kehidupan manusia, lingkungan dan kondisi lingkungan global pada saat ini dan masa mendatang. (Subagjo, 2002).
            Untuk menjaga keberadaan dan kelestarian lahan gambut tersebut maka harus di kembangkan lahan yang berbatasan  dengan  gambut seperti lahan kering atau lahan penyangga gambut, misalnya mengembangkan tanaman hortikultura, perkebunan, dan pangan. Tujuan dikembangkannya lahan yang berbatasan  dengan gambut tersebut supaya masyarakat tidak memasuki kawasan lahan gambut, maka untuk itu dapat diberikan beberapa alternatif tanaman untuk dapat dikembangkan pada lahan penyangga gambut atau lahan kering disekitar gambut dan yang dapat memenuhi kebutuhan ekonominya.
            Pemanfaatan lahan kering yang berbatasan dengan gambut mempunyai keuntungan yang sangat besar di samping untuk penghasil berbagai komoditas pertanian dan dapat juga mengalihkan perhatian masyarakat untuk tidak memanfaatkan lahan gambut.  
            Lahan kering dalam keadaan alamiah memiliki kondisi antara lain peka terhadap erosi, terutama bila keadaan tanahnya miring atau tidak tertutup vegetasi, tingkat kesuburannya rendah, air merupakan faktor pembatas dan biasanya tergantung dari curah hujan serta lapisan olah dan lapisan bawahnya memiliki kelembaban yang amat rendah.
            Lahan kering mempunyai potensi besar untuk pengembangan pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan. Pengembangan berbagai komoditas pertanian di lahan kering merupakan salah satu pilihan strategis untuk meningkatkan produksi dan mendukung ketahanan pangan nasional.
            Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada maka perlu dilakukan suatu kegiatan untuk mengetahui kualitas sifat fisik dan kimia tanah serta menduga potensi lahan tersebut agar dapat dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan tanaman pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan disekitar areal Desa Belanti Kecamatan SP Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir.
B. Tujuan
            Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi sifat fisik dan kimia tanah serta mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan pada lahan yang berbatasan dengan gambut Di Desa Belanti Kecamatan SP Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir.



II. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Survai Tanah dan Evaluasi kesesuaian Lahan
            Tanah sebagai tubuh alam yang bebas menduduki sebagian besar permukaan bumi mampu menumbuhkan tanaman, karena memiliki sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam relief  dan dalam jangka waktu tertentu. (Darmawijaya, 1997).
            Kegiatan perencanaan tata guna tanah, faktor tanah merupakan salah satu sumber daya fisik yang sangat penting. Oleh karena itu, sifat-sifat tanah yang menentukan potensi penggunaan  tanah perlu diungkapkan dengan teliti dengan melakukan survai tanah di lapangan, dibantu dengan analisis tanah di laboratorium.
            Survai tanah dimaksudkan untuk mendapatkan suatu gambaran tentang potensi dari suatu lahan dengan tingkat ketelitian tertentu. Berdasarkan tingkat ketelitiannya kegiatan survai tanah berhubungan dengan pemetaan tanah.
            Tujuan survai tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang sama atau hampir sama sifatnya kedalam satuan peta tanah yang sama serta melakukan interpretasi kesesuaian tanah dari masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk penggunaan-penggunaan tanah tertentu (Hardjowigeno et al., 1999).
Peta tanah suatu daerah menunjukan tingkat heterogenitas tanah yang dibagi menjadi beberapa satuan unit pemetaan. Daerah yang mempunyai jenis tanah yang hampir sama, dikelompokan dalam satuan unit pemetaan dengan keterangan yang dijelaskan dalam legenda (Purbayanti et al., 1998).

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi-potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Pada dasarnya evaluasi lahan membutuhkan keterangan yang menyangkut tiga aspek yaitu : lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomis. Data tentang lahan dapat diperoleh dari kegiatan survei sunberdaya alam, termasuk survei tanah. Survei sumberdaya lahan akan menyajikan berbagai keterangan dalam bentuk faktor-faktor lingkungan yang dipetakan (Sitorus, 1985).
            Kegiatan evaluasi lahan meliputi interpretasi dan survai dasar tentang iklim, bentuk lahan, tanah dan vegetasi serta aspek lahan lainnya yang diperlukan untuk berbagai tipe penggunaan lahan. Hal tersebut dikarenakan sifat lingkungan fisik yang mencakup iklim, tanah, topografi atau bentuk wilayah, hidrologi dan persyaratan penggunaan tertentu akan menentukan potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian.
Dalam evaluasi lahan, sifat-sifat lingkungan fisik dan kimia suatu wilayah dirinci dalam kualitas lahan dan setiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu karakteristik lahan, yang umumnya memiliki hubungan satu sama lainnya. Karakteristik lahan adalah sifat-sifat tanah yang dapat diukur atau diduga. Kualitas lahan adalah sifat tanah yang kompleks dan berperan pada penggunaan lahan yang spesifik (CSR/FAO, 1983). 
Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu yang ditinjau dari sifat-sifat tanah sesuai dengan usaha tani atau komoditas yang produktif. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna tanah. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh jenis penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensial lahan atau kelas kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan lahan tersebut. Evaluasi kesesuaian lahan ini menghubungkan masing-masing satuan peta dengan penggunaan lahan tertentu.
            Setelah melakukan kegiatan evaluasi lahan, maka dapat dilakukan klasifikasi  kesesuaian lahan untuk suatu usaha pertanian berdasarkan kriteria yang dimiliki lahan tersebut. Klasifikasi kesesuaian lahan atau kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaian atau kemampuannya untuk tujuan penggunaan tertentu (Hardjowigeno et al., 1999).
            Menurut CSR/FAO (1983), bahwa dalam evaluasi lahan berdasarkan survai secara reconnaissance terdapat 15 karakteristik lahan yang dikelompokkan menjadi kualitas lahan yang biasa digunakan :
Tabel 1. Kualitas lahan menurut CSR/FAO (1983).
Simbol
Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan
t

w


r



f


n



x

s
Regim temperatur

Ketersediaan


Kondisi Perakaran



Retensi


Ketersediaan unsur hara



Tingkat keracunan

Kondisi fisik lingkungan

-     Temperatur rata-rata tahunan

-     Bulan kering ( < 75 mm )
-     Curah hujan rata-rata tahunan (mm)

-     Kelas drainase tanah
-     Tekstur tanah (permukaan)
-     Kedalaman perakaran (cm)

-     KTK tanah
-     pH tanah (permukaan)

-     Nitrogen total
-     P2O5 tersedia
-     K2O tersedia

-     Salinitas mmhos/cm (subsurface)

-     Kemiringan lereng (%)
-     Batuan permukaan
-     Batuan tersingkap
Menurut CSR/FAO (1983), sistem klasifikasi kesesuaian lahan terdiri dari tiga kategori, yaitu :
1.    Kesesuaian lahan tingkat order, yaitu menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tingkat order ini terbagi dua, yaitu :
a. Order N (tidak sesuai), yaitu lahan yang memiliki faktor pembatas sedemikian rupa sehingga penggunaannya secara lestari untuk tujuan tertentu.
b.   Order  S   (sesuai), yaitu lahan yang dapat digunakan dalam waktu yang tak terbatas untuk suatu penggunaan tertentu tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.
2.  Kesesuaian lahan tingkat kelas, yang merupakan pembagian lebih lanjut dari order dan menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari order. Kesesuaian tingkat kelas ini terdiri dari lima kelas, yaitu :
a.  Kelas S1  (sangat sesuai), yaitu lahan yang tidak memiliki pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.
b. Kelas S2     (cukup sesuai), yaitu lahan yang memiliki pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukkan yang diperlukan.
c. Kelas S3      (hampir sesuai), yaitu lahan yang memiliki pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukkan yang diperlukan.
d. Kelas N1    (tidak sesuai pada saat ini), lahan ini memiliki pembatas yang lebih besar, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, namun tidak dapat diperbaiki dengan biaya normal.
e. Kelas N2      (tidak sesuai unttuk selamanya), yaitu lahan yang memiliki               pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan    penggunaan jangka panjang.
B.    Karakteristik Kesesuaian Lahan

            Berdasarkan kriteria CSR/FAO (1983), ada beberapa karateristik lahan yang dapat menjadi faktor pembatas dalam menentukan kelas lahan, diantaranya regim temperatur (t), ketersediaan air (w), Retensi unsur hara (f), kondisi perakaran (r), ketersediaan unsur hara (n) dan tofografi (s). Untuk secara rincinya akan diuraikan sebagai berikut.
1. Temperatur (t)
            Temperatur merupakan faktor utama yang mempengaruhi tahap perkembangan suatu tanaman mulai dari periode penanaman sampai dengan panen. Untuk dataran rendah di Indonesia, rata-rata temperatur harian lebih dari 200C dan bukan merupakan faktor pembatas yang nyata dalam batas pertumbuhan yang tersedia (Bunting, 1991).
            Faktor iklim khususnya temperatur faktor alam yang tidak dapat diberikan masukan input untuk merubahnya dalam meningkatkan kesesuaian lahan untuk pengembangan lahan pertanian disuatu daerah.

2. Ketersediaan Air (w)
            Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Kelebihan atau kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan menahan air, besarnya evapotranspirasi dan tingginya muka air tanah.  Air diperlukan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan proses metabolisme seperti, transpirasi, asimilasi, pengangkutan unsur hara dan hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tanaman.
            Air diperlukan tanaman dapat berasal dari tanah, air harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman ditentukan oleh iklim (curah hujan) air yang diabsorbsi oleh tanaman tidak melalui air yang mengalir secara bebas melainkan berdifusi kedalam akar tanaman (Hakim et al, 1986).
            Curah hujan merupakan unsur yang sangat besar pengaruhnya terhadap ketersediaan air dalam tanah. Hal ini berpengaruh pula terhadap pola tanam, khususnya bila tidak tersedia namun tidak semua hujan yang jatuh pada permukaan tanah adalah efektif karena ditentukan oleh intensitas hujan, sifat fisik tanah, tofografi dan jenis tanaman yang dibudidayakan.
Hujan merupakan satu-satunya sumber yang praktis pada persediaan air yang segar yang dapat diperbaharui untuk penggunaan pada bidang pertanian, industri dan domestik (Schwab et al, 1992).



3. Retensi Unsur Hara
            Retensi hara merupakan kemampuan untuk memegang dan melepaskan hara, dalam retensi hara ini dipengaruhi oleh: a). Reaksi Tanah dan b). Kapasitas tukar kation (KTK).
a. Reaksi Tanah
            Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain, ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah yang masam, jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai  pH = 7.
            Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedangkan untuk tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang (Hardjowigeno, 1995).
b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
            Kation ialah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg++,  K+ dan sebagainya. Di dalam tanah, kation-kation tersebut terlarut dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya per 100 gram) dinamakan Kapasitas Tukar Kation. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah (Hardjowigeno, 1995).
            Menurut Indranada (1994), KTK dipengaruhi oleh jenis dan jumlah koloid. Jenis mineral liat dan kadar bahan organik tanah juga sangat menentukan nilai kapasitas tersebut. KTK pada tanah-tanah tropika juga  tergantung pada pH tanah.
            Nilai KTK beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Nilai KTK itu sendiri dipengaruhi oleh : 1). Reaksi tanah, 2). Tekstur tanah dan jumlah koloid, 3). Jenis mineral liat, 4). Bahan organik, 5). Pengapuran serta pemupukan (Nyakpa et al, 1988).
4. Kondisi Perakaran
a. Drainase Tanah
            Drainase adalah suatu tanda dari kondisi basah dan kering suatu tanah. Drainase tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk tofografi, struktur, permeabilitas dan keberadaan atau ketersediaan air yang berasal dari curah hujan, rembesan atau aliran permukaan yang berasal dari daerah yang lebih tinggi. Drainase yang baik memungkinkan difusi oksigen dari akar tanaman, juga akan berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme aerobik dalam tanah, yang akhirnya akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara (Hakim et al., 1986).
            Menurut Darmawijaya (1997), drainase tanah adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa run-off maupun peresapan air ke dalam tanah. Drainase merupakan faktor penting yang mempengaruhi penggunaan tanah, kesuburan dan produktivitas tanah.
            Tingkat drainase tanah alami dipengaruhi oleh kecepatan perkolasi air melalui tanah, aerasi dan bagian tanaman khusus. Komposisi udara dalam tanah tergantung pada aerasi. Pada drainase yang baik tanah memiliki kelembaban dan kandungan karbondioksida lebih tinggi dari atmosfer, aerasi yang terbatas di dalam tanah dan drainase tanah yang jelek, atau pada kondisi tergenang maka kandungan oksigen akan menurun, dan kecepatan difusi ke akar tanaman terbatas. Pada tanah yang mempunyai drainase yang sangat tinggi maka kehilangan unsur hara melalui pencucian juga akan meningkat (Bunting, 1981).
b. Tekstur Tanah
            Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara pasir, debu, dan liat yang dinyatakan dalam bentuk persen. Tekstur tanah tersebut dapat menunjukkan kasar halusnya tanah. Dalam klasifikasi tanah tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah (Harjowigeno, 1995).
            Tekstur tanah mempunyai pengaruh yang penting terhadap kemampuan tanah dalam menahan air, infiltrasi, laju pergerakan air (perkolasi), dan juga peredaran air dalam tanah (aerasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan.
Tanah terdiri dari butir-butir tanah sebagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu). Bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi pasir (2 mm – 50 µ), debu (50 µ - 2 µ) dan liat (kurang dari 2 µ).
c. Kedalamam Efektif
            kedalaman efektif adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditembus oleh air tanaman, menyimpan cukup air dan hara. Air tanah yang dangkal, lapisan padat yang sulit ditembus akar, batuan atau bahan induk tanah, adanya butir-butir atau lapisan krikil adalah contoh faktor penghambat perkembangan akar tanaman, kedalaman efektif yang ideal adalah lebih dari 100 cm (Hardjowigeno, 1995).
            Menurut Sarief (1993), akar akan menghisap hara yang larut dalam air pada kedalaman tanah tertentu, tergantung pada perkembangan dan kedalaman penetrasi akar. Pada perkembangan akar yang tidak normal akibat adanya rintangan dalam menembus tanah, maka unsur hara yang terdapat jauh di bawah jangkauan daya isap akar tidak dapat diserap.
            Menurut Hardjowigeno (1995), kedalaman efektif adalah kedalaman sampai kerikil, yang dikelompokkan sebagai berikut :
K0       =   dalam                                 :      > 90 cm
K1       =   sedang                                :  90 – 50 cm
K2       =   dangkal                              :  50 – 25 cm
K3       =   sangat dangkal                   :       < 25 cm


5. Ketersediaan Unsur Hara
            Ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah terdapat dalam bentuk tersedia, tidak tersedia dan bentuk cadangan. Unsur hara tersedia adalah unsur yang ada dalam bentuk kimia yang dapat diserap oleh akar tanaman. Persediaan cadangan hara dalam tanah bergabung dalam mineral batuan tidak tersedia untuk tanaman, tetapi secara potensial ada dalam bentuk tersedia. Unsur hara tidak tersedia merupakan unsur yang tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
            Untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman berjumlah 16, yang terbagi 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang lebih banyak dibutuhkan bagi tanaman sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan oleh tanaman lebih sedikit (Hakim et al,. 1986). Kedua golongan ini harus berada dalam keadaan yang seimbang, sehingga tanah menjadi subur dalam hal tersebut akan berdampak bagi tanaman.
            Menurut Hardjowigeno (1985), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara yaitu, jumlah hara yang ada di dalam tanah, bentuk hara tersebut berada, dan kemampuan sistem vegetasi tanah untuk mensuplai hara selama periode akhir dari tanaman.
            Ketersediaan unsur hara tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. Unsur hara makro dan unsur hara mikro harus berada dalam keadaan seimbang. Sisa tanaman juga akan menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Keberadaan bahan organik di dalam tanah akan menunjang aktivitas mikroorganisme tanah, sehingga tanah akan menjadi subur dan unsur hara yang di perlukan oleh tanaman akan menjadi tersedia. Dengan demikian, maka tanaman akan dapat tumbuh dengan baik.
6. Topografi
            Faktor topografi yang dinilai adalah kecuraman lereng. Lereng yang lebih curam memerlukan banyak tenaga dan biaya yang cukup besar dalam pengolahannya. Topografi sangat mempengaruhi kondisi drainase dan permukaan air pada daerah yang kemiringannya besar sering terjadi erosi tanah. Akibatnya tanah-tanah pada kemiringan yang besar akan memiliki solum yang tipis, kandungan bahan organik yang rendah bila dibandingkan dengan tanah-tanah bergelombang dan datar. 
            Faktor lereng yang dinilai adalah faktor kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng. Pengelolaan tanah pada lereng yang lebih curam memerlukan tenaga dan biaya yang besar daripada daerah datar (Hardjowigeno et al,. 1999).
            Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan permukaan. Dua unsur topografi yang berpengaruh adalah panjang lereng dan kemiringan lereng (Arsyad, 1989).
            Menurut Hardjowigeno (1995), faktor topografi yang dinilai adalah kemiringan lereng. Tanah yang bergelombang dengan bentuk yang seragam dan lerengnya panjang akan terdapat perbedaan yang penting dalam syarat-syarat pengelolaan tanah, dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kecuraman lereng yang sama tapi dalam bentuk tidak seragam dan lerengnya rendah.
            Semakin panjang lereng, maka volume kelebihan air yang berakumulasi diatasnya menjadi lebih besar dan kemudian semua akan turun dengan volume dan kecepatan yang meningkat.
C.  Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
1.  Tanaman Pangan
            Tanaman pangan merupakan salah satu jenis tanaman pokok yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. Pengembangan usaha tanaman pangan mempunyai keuntungan yang sangat besar, disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, tanaman pangan juga  dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.  Kebutuhan akan pangan dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Produksi pangan dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan sehingga impor bahan pangan perlu dilakukan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman pangan adalah perluasan areal tanam.           
            Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan bermartabat serta sumber daya manusia yang berkualitas.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Sumber daya manusia merupakan unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat mengurangi atau menghapuskan kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia dimaksud antara lain sangat ditentukan oleh kualitas pangan yang dikonsumsinya, sehingga segala daya dan upaya perlu dikerahkan secara optimal agar pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.
2. Tanaman Hortikultura
            Hortikultura merupakan salah satu komoditas yang mempunyai peran yang penting dalam sektor pertanian, baik dari sisi sumbangan ekonomi nasional, pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja maupun berbagai segi kehidupan masyarakat. (Deptan, 2007).
            Prospek pengembangan komoditas hortikultura di masa mendatang cukup menggembirakan karena permintaan yang cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri hulu dan hilir yang mendukung potensi serapan pasar di dalam dan luar negeri. Selanjutnya suatu fenomena dalam kehidupan masyarakat menunjukkan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan juga mendorong peningkatan kesadaran masyarakat akan komoditas hortikultura. (Deptan, 2007).
            Pengembangan usaha agribisnis hortikultura mempunyai keunggulan dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Pertama dalam satuan luas lahan yang kecil dapat memberikan keuntungan besar. Kedua, dapat memberikan jaminan pendapatan yang tinggi, jangka panjang dan berkelanjutan, seperti pada pengusahaan tanaman buah-buahan, maupun tanaman sayuran. Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan produk hortikultura, diperlukan usaha peningkatan produksi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi usaha atau produktivitas, mutu produk, keanekaragaman produk dan kontinuitas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan penguasaan dan aplikasi ilmu dan teknologi, pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana dan optimal, pelaksanaan kegiatan dalam skala usaha yang layak, peningkatan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia dalam manajemen usaha, serta peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dan swasta dalam melaksanakan agribisnis hortikultura.( Deptan, 2007).
3.  Tanaman Perkebunan
            Pada umumnya tanaman perkebunan merupakan tanaman yang menguntungkan selama diusahakan dengan baik dan benar. Namun demikian untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi diperlukan pengelolaan yang baik dan efisien melalui penerapan teknologi yang tepat dan sesuai dengan kekhususan lokasi.
            Perkebunan mempunyai kedudukan yang penting dalam pengembangan pertanian baik ditingkat nasional maupun regional. Pertumbuhan dan produksi tanaman perkebunan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun faktor dari tanaman itu sendiri. Dimana faktor ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
            Tanaman perkebunan memiliki keunggulan dibandingkan tanaman semusim dalam upaya melestarikan sumber daya tanah. Vegetasi tanaman perkebunan dapat berfungsi melindungi tanah dari daya rusak butir-butir air hujan yang menyebabkan hancurnya lapisan olah tanah serta menghindari terjadinya erosi. Tanaman perkebunan dapat diusahakan pada tingkat kecuraman lahan yang bervariasi 0 % - 50 %. Tetapi pada tingkat kecuraman yang lebih dari 45 % tidak dianjurkan menanam tanaman perkebunan. (Balai Informasi Pertanian, 1997).

           
           


















III. PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu

            Penelitian ini akan dilakukan pada lahan yang berbatasan dengan gambut di desa Belanti Kecamatan SP Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sedangkan Analisis tanah dilakukan di Laboratorium kimia tanah dan fisika tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari bulan November 2007 sampai dengan Januari 2008.

B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) sampel tanah, 2) Peta wilayah penelitian, 3). Bahan-bahan kimia untuk analisis di laboratorium.
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Kompas, 2) meteran, 3) Parang, 4) Pisau lapangan, 5) cangkul, 6) GPS, 7) Munsell Soil Color Chart, 8) alat-alat analisis tanah di laboratorium 9) bor belgie 10) kertas label 11) kantong plastik  12) karet dan 13) Alat-alat tulis.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan peta kerja berskala 1 : 10.000 dengan  luas areal penelitian 10 ha. Penentuan titik pengamatan di lakukan dengan sistem grid atau jalur dengan jarak 100 x 100 m. Jumlah titik pengamatan sebanyak 10 titik dengan pengeboran dilakukan sampai kedalaman 120 cm. Contoh tanah komposit diambil pada kedalaman 0 - 30 cm untuk analisis dilaboratorium.     
Faktor pembatas yang menjadi kriteria penilaian adalah temperatur (suhu rata-rata tahunan), ketersediaan air (bulan kering dan curah hujan), kondisi media perakaran (drainase, tekstur, kedalaman efektif), rentensi hara (KTK, pH tanah), hara tersedia (N-total, P2O5 tersedia,, K2O). Dari data karakteristik lahan kemudian dilakukan matching (pencocokan) dengan penetapan tingkat kesesuaian lahan berdasarkan kriteria CSR/FAO (1983) untuk tanaman hortikultura, pangan, dan perkebunan.

D. Cara Kerja
            1. Sebelum Pekerjaan Lapangan
1. Telaah pustaka, yaitu meliputi studi kepustakaan dan pengumpulan data awal tentang lahan sekaligus membaca berbagai literatur yang berkaitan dan mendukung judul penelitian ini.
2.  Persiapan alat dan bahan, yaitu mempersiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan lapangan maupun analisis di laboratorium.
3.  Pengadaan peta lokasi.
2. Pekerjaan Lapangan
a.  Survai Pendahuluan
            Sebelum melakukan survai utama, akan di lakukan survai pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian. Survai pendahuluan meliputi kegiatan :
1. Melakukan observasi daerah penelitian untuk mendapatakan informasi dan data tentang kondisi daerah penelitian.
2. Penentuan titik-titik pengambilan contoh tanah.

b.  Survai Utama
            Survai utama meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan pengeboran tanah pada daerah yang telah ditentukan
2. Pengambilan contoh tanah untuk di analisis di laboratorium.
3. Setelah Pekerjaan Lapangan
            Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini :
1. Pengolahan data primer dari lapangan berupa drainase, kedalaman efektif,  serta data dari hasil analisis laboratorium berupa tekstur tanah, pH tanah, KTK,          N-total, P2O5 tersedia, dan K2O.
2.  Pengolahan data sekunder  (iklim), terutama curah hujan dan suhu.
3.  Melakukan pencocokan (matching) karakteristik lahan dengan syarat tumbuh  beberapa tanaman pangan (padi gogo, jagung), hortikultura (jeruk dan cabe) dan perkebunan (kelapa sawit, karet,) pada lahan yang berbatasan dengan gambut berdasarkan kerangka acuan dari CSR/FAO (1983).
4. Penulisan laporan penelitian.

E.    Pengumpulan Data
            Data yang akan dikumpulkan meliputi : 1). Data primer yang terdiri dari data lapangan (drainase, dan kedalaman efektif) dan data hasil analisis laboratorium (tekstur tanah, pH tanah, KTK, N-total, P2O5 tersedia, dan K2O), 2). Data sekunder berupa data iklim (curah hujan dan suhu).



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
            Desa Belanti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Propinsi Sumatera Selatan yang mempunyai luas wilayah secara keseluruhan kurang lebih 2.000 ha.
            Jarak Desa Belanti dari kota kecamatan yaitu 2 km, dari Ibukota Kabupaten sekitar 24 km, dan Desa Belanti ini berada pada ketinggian sekitar 16 meter diatas permukaan laut. Secara geografis Desa Belanti ini terletak antara 10405525’’ sampai dengan 10405861’’ BT dan 0302216’’ sampai dengan 0302451’’ LS.
            Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai daerah yang diteliti perlu diketahui keadaan daerah seperti keadaan iklim dan topografi. Masing-masing keadaan umum daerah tersebut diuraikan sebagai berikut :

  1. Iklim
            Data iklim yang digunakan adalah rerata suhu udara tahunan dan rerata curah hujan bulanan  selama 10  tahun (1998 – 2007) yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kenten.
            Berdasarkan data rerata curah hujan bulanan dapat ditentukan jumlah bulan basah dan bulan kering serta curah hujan tahunan. Rerata suhu udara tahunan dan rerata curah hujan tahunan beserta jumlah bulan kering merupakan data yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi lahan berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983).



a. Suhu Udara
            Berdasarkan  data sepuluh tahun (1998 – 2007), lokasi penelitian memiliki suhu 26,99 oC. Suhu udara terendah selama sepuluh tahun ini terdapat pada tahun 2000, yaitu 26,52 oC, sedangkan suhu tertinggi pada tahun  2006, yaitu 27,34 oC.. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan laut, jarak dari pantai dan dapat juga dipengaruhi oleh distribusi hujan yang terdapat pada suatu daerah. Data suhu tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Suhu Udara Tahunan selama 10  Tahun (1998 – 2007).
Tahun
Rerata Suhu Tahunan (oC)
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
26,88
26,67
26,52
26,92
27,10
26,99
27,28
27,22
27,34
27,03
Rerata
26,99

Sumber : Stasiun Klimatologi Kenten Untuk Daerah SP. Padang (2008).








b. Curah Hujan
            Curah hujan  per tahun yang dihitung selama 10 tahun (1998 – 2007) pada lokasi penelitian adalah 2.293 mm. Besarnya curah hujan tahunan dan bulanan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3  dan Tabel 4.
Tabel 3. Rerata Curah hujan Tahunan Selama 10 Tahun (1998 – 2007).
Tahun
Jumlah Curah Hujan Tahunan (mm)
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2.614
2.873
2.547
3.261
2.150
1.781
2.040
2.099
2.069
1.499
Rerata
2.293

Sumber : Stasiun Klimatologi Kenten untuk Daerah SP. Padang (2008).


















Tabel 4. Rerata Curah Hujan Bulanan Selama 10 Tahun (1998 – 2007).
Bulan
Rerata Curah Hujan Bulanan (mm)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
248,7
187,5
259,5
265,1
169,2
112,1
221,1
84,6
92,5
186,6
279,5
286,9
Rerata
199,4
Bulan Basah
12
Bulan kering
0

Sumber : Stasiun Klimatologi Kenten Untuk Daerah SP. Padang (2008).

            Total curah hujan rata-rata bulanan (mm/tahun) selama periode 1998 – 2007 adalah 199,4 mm. Bulan kering dapat ditentukan dengan melihat curah hujan bulanan yang kurang dari 75 mm, sehingga dari data diatas dapat diketahui bahwa tidak terdapat bulan kering.
c. Bulan Basah dan Bulan Kering
            Berdasarkan data curah hujan bulanan (Tabel 3) yang didapat, dengan mengacu pada CSR/FAO (1983), lokasi penelitian memiliki bulan basah sebanyak dua belas bulan dan tidak memiliki bulan kering. Dimana rerata curah hujan bulanan tertinggi pada bulan Desember, yaitu 286,9 mm, rerata curah hujan terendah pada bulan Agustus, yaitu 84,6 mm dan rerata curah hujan selama 10 tahun terakhir adalah 199,4 mm.

2. Topografi
            Secara umum lokasi penelitian memiliki lereng 0 – 3 % yang tergolong datar. Lokasi penelitian merupakan lahan kering yang tergenang pada saat musim penghujan, dan sebagian hanya tergenang pada saat luapan air yang sangat tinggi.

B.  Karakteristik Tanah pada Lokasi Penelitian
1. Kondisi Perakaran
            Kondisi perakaran tanah yang akan dibahas yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura di bawah ini adalah drainase tanah, tekstur tanah dan kedalaman efektif yang akan di nilai dengan membandingkan dengan kriteria penilaian kesesuaian lahan oleh CSR/FAO (1983).

a. Drainase Tanah
            Berdasarkan pengamatan langsung di lokasi penelitian, kondisi drainase pada lokasi penelitian memiliki kelas drainase tanah buruk sampai sangat buruk. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tanah yang kedalamannya kurang dari 120 cm terdapat genangan air.
            Pada lahan yang berdrainase buruk, air berada pada posisi kapasitas jenuh sehingga akar sulit menyerap unsur hara dan dapat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura.





b. Tekstur  Tanah
            Berdasarkan hasil analisis terhadap 10 sampel tanah di lapangan, tekstur tanah di lokasi penelitian adalah lempung liat berpasir, lempung berliat dan liat. Tekstur tanah yang sesuai dilokasi penelitian yaitu dominan lempung liat berpasir akan membantu pertumbuhan akar tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura karena pada tekstur tanah ini pergerakan air dan udara masih dapat tersirkulasi dengan baik, sehingga tidak menghambat pertumbuhan akar.
            Tekstur tanah tergolong ke dalam salah satu kriteria kesesuaian lahan yang tidak dapat diperbaiki (tidak dapat diberi input), maka keadaan tekstur tanah ini sangat dipertimbangkan dalam hal penilaian tingkat kesesuaian lahan, karena dapat menjadi faktor pembatas.

c. Kedalaman Efektif
            Kedalaman efektif merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diperbaiki dan sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman, karena menyangkut kemampuan akar dalam berkembang.
            Kedalaman efektif merupakan dalamnya lapisan tanah dimana perakaran tanaman dapat tumbuh dengan baik dan bebas berkembang. Kedalaman efektif di lokasi penelitian ini mempunyai nilai rata-rata > 120 cm, karena tidak ditemukannya lapisan pembatas atau krokos. Berdasarkan kriteria kelas kesesuaian lahan menurut CSR/FAO (1983), kedalaman perakaran tergolong kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai) baik tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura.



Tabel  5.  Data Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah di Lokasi Penelitian
No.
Kode
Pasir (%)
Liat (%)
Debu (%)
Kelas Tekstur
Kelas Drainase
Kedalaman Efektif
1
T1 L1
17,77
61,97
20,26
Lb
Sangat buruk
>120
2
T2 L1
28,60
41,58
29,82
Lb
Sangat buruk
>120
3
T3 L1
18,42
46,79
34,79
L
Sangat buruk
>120
4
T4 L1
18,94
46,48
34,58
Lb
Sangat buruk
>120
5
T5 L1
20,34
57,85
21,81
Llb
Buruk
>120
6
T6  L1
18,07
57,91
24,02
Llb
Buruk
>120
7
T7 L1
22,09
45,91
32,00
L
Buruk
>120
8
T8 L1
15,11
62,85
22,04
L
Buruk
>120
9
T9 L1
27,93
46,27
25,80
Lb
Buruk
>120
10
T10L1
3,45
72,76
23,79
Lb
Buruk
>120

Keterangan :
Lb = Lempung berliat,  L = Liat,   dan  Llb = Lempung liat berpasir.
           
2. Retensi Hara
            Retensi hara atau daya menahan unsur hara yang diamati pada daerah penelitian, yaitu kapasitas tukar kation (KTK) dan pH tanah. KTK dan pH tanah merupakan salah satu faktor pembatas dalam menilai kelas kesesuaian lahan untuk pangan, hortikultura dan perkebunan. Penjelasan KTK dan pH tanah di lokasi penelitian selengkapnya dijelaskan sebagai berikut :

a. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
            Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK yang tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih banyak dibandingkan tanah dengan KTK yang rendah (Hardjowigeno, 1995).
            Hasil analisis di laboratorium menunjukan nilai KTK di lokasi penelitian berkisar  antara 17,40 – 26,54 me/100g yang tergolong sedang sampai tinggi. Data KTK selengkapnya disajikan pada tabel 7.    

b. Kemasaman Tanah (pH)
            Berdasarkan hasil analisis kesuburan tanah yang didapat dari laboratorium, lokasi penelitian memiiliki pH antara 4,37 – 5,05, yang tergolong sangat masam sampai masam (Tabel 6), berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983).
            Reaksi tanah (pH tanah) merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara. Pada umumnya unsur hara akan mudah tersedia  pada pH tanah mendekati netral, karena pada pH tersebut unsur hara mudah larut dalam air (Hardjowigeno, 1995).
Tabel  6.  Hasil analisis pH di lokasi penelitian
No
Kode
pH
Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
T1   L1
T2   L1
T3   L1
T4   L1
T5   L1
T6   L1
T7   L1
T8   L1
T9   L1
T10 L1
4,89
4,83
4,71
5,05
4,53
4,80
4,92
4,48
4,37
4,52
masam
masam
masam
masam
masam
masam
masam
sangat masam
sangat masam
masam

Sumber : Laboratorium Kesuburan tanah, Kimia dan Biologi Tanah FP UNSRI (2008).



3.  Ketersediaan Unsur Hara
            Unsur-unsur yang dinilai yaitu unsur Nitrogen dalam bentuk N-total tanah (%), unsur Fosfor dalam bentuk P2O5 tersedia (ppm) dan unsur Kalium dalam bentuk K2O tersedia (me/100g) adalah sebagai berikut :

a. N-total Tanah
            berdasarkan hasil analisis laboratorium, didapat kan nilai N-total yang tergolong rendah sampai sedang, dengan kisaran 0,12 – 0,29 %, penilaian ini berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut kerangka acuan CSR/FAO (1983) diketahui bahwa titik pengamatan yang memiliki nilai N-total terkecil pada titik pengamatan T7 L1, yaitu 0,12 %, sedangkan nilai terbesar pada titik pengamatan       T5 L1, yaitu 0,29 %. Data kandungan N-total selengkapnya dapat dilihat pada      Tabel 7.
            Unsur hara nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup besar, namun unsur hara ini mudah tercuci terutama pada daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi, sehingga membatasi ketersediaannya dalam tanah. Unsur hara nitrogen di lokasi penelitian tergolong rendah sampai sedang. Hal ini dapat terjadi karena contoh tanah ini diambil pada bulan Desember yang termasuk dalam musim penghujan, sehingga kemungkinan unsur hara nitrogen telah banyak hilang karena tercuci.

b. P Tersedia
            berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983), bahwa kandungan fosfor di lokasi penelitian tergolong sedang sampai sangat tinggi, dengan kisaran                   17,52 ppm – 93,78 ppm (Tabel 7).
            Dari data pada Tabel 7 diketahui bahwa titik pengamatan yang memiliki nilai terkecil, yaitu 17,52 ppm pada titik pengamatan T7 L1 dan nilai terbesar yaitu     93,78 ppm pada titik pengamatan T1 L1.

c. K Tersedia
            Berdasarkan hasil analisis di laboratorium, didapatkan nilai K2O yang tergolong rendah sampai sangat tinggi, dengan kisaran 0,15 – 2,32 me/100g, berdasarkan kerangka acuan CSR/FAO (1983). Dari data pada Tabel 7. 
            Diketahui bahwa titik pengamatan yang memiliki nilai terkecil yaitu, 0,15 me/100g pada titik pengamatan T7 L1 dan nilai terbesarnya yaitu, 2,32 me/100g pada titk pengamatan T5 L1. Data selengkapnya mengenai kandungan K-tersedia ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel  7. Hasil analisis N, P, K dan KTK tanah di lokasi penelitian.

No

Kode

N-total
(%)

P2O5 Bray
(ppm)

K2O

KTK
(me/100g)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

T1   L1
T2   L1
T3   L1
T4   L1
T5   L1
T6   L1
T7   L1
T8   L1
T9   L1
T10 L1

0,22 s
0,18 r
0,17 r
0,26 s
0,29 s
0,19 r
0,12 r
0,21 s
0,22 s
0,26 s

93,78 st
30,57 t
19,92 s
24,39 s
36,07 st
28,17 t
17,52 s
26,45 t
25,42 t
38,82 st

0,39 s
0,23 r
0,31 s
0,23 r
2,32 st
0,23 r
0,15 r
0,31 s
0,23 r
0,39 s

22,19 s
17,40 s
21,75 s
22,19 s
18,49 s
20,23 s
17,40 s
23,49 s
18,49 s
26,54 t
Sumber : Laboratorium Kesuburan, Kimia dan Biologi Tanah FP UNSRI (2008).
Keterangan : r : rendah, s : sedang, t : tinggi dan st : sangat tinggi,

C. Penilaian Kesesuaian Lahan
1. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi
            Dari hasil pengumpulan data dilapangan dan hasil analisis dilaboratorium maka diperoleh kesesuaian lahan aktual lokasi penelitian terbagi empat yaitu S1r1f2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk dan retensi hara yaitu pH tanah yang masam sampai sangat masam) pada kesesuaian lahan ini hampir terdapat pada semua titik pengamatan namun ada beberapa titik pengamatan yang dibatasi faktor lain yaitu ketersediaan unsur hara tanah. S1r1f2n2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran  yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang masam sampai sangat masam dan ketersediaan unsur hara yaitu P2O5-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 3 dan 9. S1r1n2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk dan ketersediaan unsur hara yaitu P2O5-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 4. S1r1f2n2,3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran  yaitu drainase tanah yang buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang masam dan ketersediaan unsur shara yaitu P2O5-tersedia dan K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 7.
            Untuk mencapai kesesuaian lahan potensial diperlukan input dengan memperbaiki sistem drainase tanah melalui pembuatan saluran drainase, meningkatkan pH tanah melalui  pengapuran dan meningkatkan ketersediaan unsur hara dengan melalui pemupukan. Hasil pencocokan (matching) dapat dilihat pada lampiran ………………..


2. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung
            Dari hasil pengumpulan data dilapangan dan hasil analisis dilaboratorium maka diperoleh kesesuaian lahan aktual lokasi penelitian terbagi lima yaitu  S1r1f2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk dan retensi hara pH tanah yang masam sampai sangat masam) pada kesesuaian lahan ini hampir terdapat pada semua titik pengamatan namun ada beberapa titik pengamatan yang dibatasi faktor lain yaitu ketersediaan unsur hara tanah. S1r1f2n1,3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran  yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk, rentensi hara yaitu pH tanah yang masam dan ketersediaan unsur hara yaitu N-total dan K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 2, 6 dan 7. S1r1n3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk dan ketersediaan unsur hara yaitu K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 4. S1r1f2n1 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang masam dan ketersediaan unsur hara yaitu N-total) terdapat pada titik pengamatan 3. S1r1f2n3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang sangat masam dan ketersediaan unsur hara yaitu K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 9.
            Untuk mencapai kesesuaian lahan potensial diperlukan input dengan memperbaiki sistem drainase tanah melalui pembuatan saluran drainase, meningkatkan pH tanah melalui  pengapuran dan meningkatkan ketersediaan unsur hara dengan melalui pemupukan. Hasil pencocokan (matching) dapat dilihat pada lampiran ………………..
3. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit
            . Dari hasil pengumpulan data dilapangan dan hasil analisis dilaboratorium maka diperoleh kesesuaian lahan aktual lokasi penelitian terbagi lima yaitu  S1r1f2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk dan retensi hara pH tanah yang masam sampai sangat masam) pada kesesuaian lahan ini hampir terdapat pada semua titik pengamatan namun ada beberapa titik pengamatan yang dibatasi faktor lain yaitu ketersediaan unsur hara tanah. S1r1f2n1,3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran  yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk, rentensi hara yaitu pH tanah yang masam dan ketersediaan unsur hara yaitu N-total dan K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 2, 6 dan 7. S1r1n3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk dan ketersediaan unsur hara yaitu K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 4. S1r1f2n1 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang masam dan ketersediaan unsur hara yaitu N-total) terdapat pada titk pengamatan 3. S1r1f2n3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang sangat masam dan ketersediaan unsur hara yaitu K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 9.
            Untuk mencapai kesesuaian lahan potensial diperlukan input dengan memperbaiki sistem drainase tanah melalui pembuatan saluran drainase, meningkatkan pH tanah melalui  pengapuran dan meningkatkan ketersediaan unsur hara dengan melalui pemupukan. Hasil pencocokan (matching) dapat dilihat pada lampiran ………………..
4. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet
            . Dari hasil pengumpulan data dilapangan dan hasil analisis dilaboratorium maka diperoleh kesesuaian lahan aktual lokasi penelitian terbagi tiga yaitu  S1w1r1f2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh ketersediaan air yaitu curah hujan rata-rata tahunan, kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk dan retensi hara pH tanah yang masam sampai sangat masam) pada kesesuaian lahan ini hampir terdapat pada semua titik pengamatan namun ada beberapa titik pengamatan yang dibatasi faktor lain yaitu ketersediaan unsur hara tanah. S1w1r1n2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh ketersediaan air yaitu curah hujan rata-rata tahunan, kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk, ketersediaan unsur hara yaitu P2O5-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 4. S1w1r1f2n2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh ketersediaan air yaitu curah hujan rata-rata tahunan, kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang buruk sampai sangat buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang masam sampai sangat masam dan ketersediaan unsur hara yaitu P2O5-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 3, 7 dan 9.
            Untuk mencapai kesesuaian lahan potensial diperlukan input dengan memperbaiki sistem drainase tanah melalui pembuatan saluran drainase, meningkatkan pH tanah melalui  pengapuran dan meningkatkan ketersediaan unsur hara dengan melalui pemupukan. Sedangkan untuk faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah hujan rata-rata tahunan tidak dapat diubah atau diperbaiki sehingga kesesuaian akhir tanaman karet adalah S1 dan S1w1 (sesuai namun masih dibatasi oleh curah hujan rata-rata tahunan). Hasil pencocokan (matching) dapat dilihat pada lampiran ………………..


5. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk
            Dari hasil pengumpulan data dilapangan dan hasil analisis dilaboratorium maka diperoleh kesesuaian lahan aktual lokasi penelitian terbagi lima yaitu  S1r1f2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk dan retensi hara pH tanah yang masam sampai sangat masam) pada kesesuaian lahan ini hampir terdapat pada semua titik pengamatan namun ada beberapa titik pengamatan yang dibatasi faktor lain yaitu ketersediaan unsur hara tanah. S1r1f2n1,3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran  yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk, rentensi hara yaitu pH tanah yang masam dan ketersediaan unsur hara yaitu N-total dan K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 2, 6 dan 7. S1r1n3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk dan ketersediaan unsur hara yaitu K2O-tersedia) terdapat pada titik pengamatan 4. S1r1f2n1 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang masam dan ketersediaan unsur hara yaitu N-total) terdapat pada titk pengamatan 3. S1r1f2n3 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang buruk, retensi hara yaitu pH tanah yang sangat masam dan ketersediaan unsur hara yaitu K2O-tersedia) terdapat pada titk pengamatan 9.
            Untuk mencapai kesesuaian lahan potensial diperlukan input dengan memperbaiki sistem drainase tanah melalui pembuatan saluran drainase, meningkatkan pH tanah melalui  pengapuran dan meningkatkan ketersediaan unsur hara dengan melalui pemupukan. Hasil pencocokan (matching) dapat dilihat pada lampiran ………………..
6. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cabai
             Dari hasil pengumpulan data dilapangan dan hasil analisis dilaboratorium maka diperoleh kesesuaian lahan aktual lokasi penelitian terbagi lima yaitu  S1r1f2 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk dan retensi hara pH tanah yang masam) pada kesesuaian lahan ini hampir terdapat pada semua titik pengamatan namun ada beberapa titik pengamatan yang dibatasi faktor lain yaitu ketersediaan unsur hara tanah. S1r1f2n1 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran  yaitu drainase tanah yang sangat buruk sampai buruk, rentensi hara yaitu pH tanah yang masam dan ketersediaan unsur hara yaitu N-total) terdapat pada titik pengamatan 2, 3, 6 dan 7. S1r1 (sangat sesuai namun masih dibatasi oleh kondisi perakaran yaitu drainase tanah yang sangat buruk) terdapat pada titik pengamatan 4.
            Untuk mencapai kesesuaian lahan potensial diperlukan input dengan memperbaiki sistem drainase tanah melalui pembuatan saluran drainase, meningkatkan pH tanah melalui  pengapuran dan meningkatkan ketersediaan unsur hara dengan melalui pemupukan. Hasil pencocokan (matching) dapat dilihat pada lampiran ………………..

1 komentar:

dians_11008 mengatakan...

hai, contoh skripsi yg km berikan sangat berinspirasi buat aku :)
share di fb ku lah kalo ada brita updet skripsi : the_ant92@yahoo.co.id
thanks..

Posting Komentar

Informasi Penting, Harap Di Baca !!!

Sahabat mahasiswa seluruh Indonesia ...
Anda tahu, berdasarkan pengalaman saya pada waktu dulu menyusun skripsi, hal yang menyebabkan tidak kunjung selesai adalah kurangnya bahan referensi. untuk mencari referensi biasanya Anda mengunjungi perpustakaan.
Dan ini masalah terbesarnya. Di Perpustakaan Anda tidak bisa meminjam dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu lama. belum lagi Anda harus mengetik ulang. Makan waktu kan ? Karena itu, saya ingin membantu anda. Agar anda mudah menemukan Contoh skripsi yang baik, lengkap, dan terpecaya untuk menyelesaikan tugas akhir anda yang sudah di lengkapi dengan judul skripsi, proposal skripsi, metodologi penelitian, bab I sampai daftar pustaka, semua skripsi dalam format .doc sebagai contoh : Skripsi Gratis.doc.
Apa yang anda dapatkan pada paket Download Skripsi:..
UPDATE BULAN MEI 2012
  1. Anda memiliki banyak sekali pilihan Skripsi FULL CONTENT. Semua skripsi lengkap dari BAB Awal sampai BAB Akhir, Proposal, Kesimpulan, Daftar Pustaka, Lampiran, Hasil Penelitian, Toefl, Jurnal, dan File Bertype .DOC / DOCX (Microsoft Word).
  2. Paket DVD terdiri dari 2 pilihan DVD dan lebih dari 4000 skripsi.
  3. Paket 1 DVD Hanya Rp.100.000-,
  4. paket 2 DVD Hanya Rp.150.000-,
  5. Ratusan skripsi sudah dikelompokkan per Jurusan.
  6. Skripsi Jurusan Komputer dan Skripsi Teknik Informatika, di lengkapi Source Code dan Listing Program.
  7. Skripsi dapat langsung anda kembangkan atau hanya sekedar referensi.
  8. Dan tidak ketinggalan Bonus Premium, Bonus Script Bisnis, dan Tutorial Hacking dapat di download pada halaman Member.
Perhatian: Bonus dan Tutorial tidak ada pada DVD. Jadi, hanya dapat didownload pada halaman member. Dalam DVD hanya Khusus Skripsi.
Pesan Sekarang Juga ..
Dengan memesan sekarang juga, anda akan menghemat banyak uang dan waktu, mendapatkan ribuan skripsi terbaru, Tesis Gratis, dan paling lengkap di Indonesia. Anda mendapatkan Paket DVD dan dapat men-Download Langsung pada halaman download. Pesan sekarang juga..
Hanya Dengan..
Rp. 100.000,-
+ Anda Sudah Bisa Memiliki File Ribuan Skripsi +
Anda Mendapatkan Semua Skripsi Terbaru, FULL Pada Paket 1 DVD! Plus Download Bonus Premium Terlengkap Se-Indonesia!
Kata Kunci Pencarian :

Skripsi, Download Skripsi, Contoh Skripsi, Judul Skripsi, Proposal Skripsi, Tugas Akhir, Tesis Gratis, Skripsi Lengkap, Program Skripsi

Copyright : skripsidownloadgratis.blogspot.com